Menu Right

Top Social Icons

Responsive Full Width Ad

Left Sidebar
Left Sidebar
Featured News
Right Sidebar
Right Sidebar

Selasa, 13 Desember 2016

Main Kartu Berujung Desahhh


Taipanqqq | Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa  bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi,  rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di  rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang  dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja,  kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya.


Ayah pernah memohon  kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang  saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu  adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena  pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan.  Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana.  Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak  lebih menarik.


Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini  banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat  pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan  memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel  yang lama.


Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar  berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama  ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan  aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.


Ibu sering  mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya  bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku.  Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya  yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah  pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik  ibu.


Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih  bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main.  Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani  sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu  berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk  nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.

Taipanqqq | Aku pernah  sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa  tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani  sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan  untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu,  karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti  ini.


Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah.  Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota  Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja  yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan  menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu  masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu  berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang  yang ketinggalan.


Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu,  suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa  ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.


“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.

“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.

“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.

Aku  pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja.  Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.

“Kagak  ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante  bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.

“Emang tante mau makan di mana?”

“Tante sih mikir Pizza Hut.”

“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”

“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”

“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”

“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”

“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”


Taipanqqq | Kami  berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani  mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di  atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa  lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm  kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada  bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon  ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus.  Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu  sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan  tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan  tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani  bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan  jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap  terlalu serius.


Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante  Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai  tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat  itu.


Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.

“Huh? Mana enak?” tanyaku.

“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/

“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.

“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.

“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.

“Alahh  sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian  kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.

“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.


Seperti  sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante  Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu  kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan  enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar,  aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat.  Suara lembut membisikkan telingaku.


“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.

“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.

“Udah  jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik  tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata  tante sambil mengelus lembut rambutku.

“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”

“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”

“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.

“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”


Sambil  malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang  membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali  sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari  tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir.  Ada rasa senang juga di dalam hati.


Taipanqqq | Setelah mencuci muka, ganti  pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan  makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku  pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci  rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.


“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”

“Ogah  ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.”  candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.

“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.

“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.

“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.


cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas



Mobil  melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek  saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh  banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe  ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan  untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak  protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.


Setelah  makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani  mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di  kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena  alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor.  Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante  Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.


Apartemen tante Ani  lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada  siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum  apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal  sendiri di apartemen.


“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”

“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.

“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.

“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.

“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.


Tiba-tiba  suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa  ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri  terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan  wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan  aku yakin pasti bukan barang yang murahan.


“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.

“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.

“Ngga  juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu,  karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia  tawarkan, tante pergi saja.”


Aku masih menyibukkan diri mengamati  lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti  dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan  tinggi terhadap seni lukis.


“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.

Taipanqqq | “Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.


Aku  juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di  apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi,  sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.


“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.

“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.

“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.

“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.


Tante  Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk  ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa  kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on  rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun  mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku  teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas  sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg  aku minum sendirian.


Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas.  Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa  aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1  gelas Hennessy sendirian.


“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”

“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.


Taipanqqq | Aku  merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi  lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani  minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut,  tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu  biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling  tepat untuk bermain UNO itu berempat.


Tapi permainan kartu ini  menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang  kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat  menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus  terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan  dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu  meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin  berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia  lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa  mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan  es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya  buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku  terlihat lurus-lurus saja menurutnya.


Ini adalah juga kesempatan  untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga  heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang  sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya,  kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke  seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan.  Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan  pribadi yang aku lontarkan.


Kini permainan kami semakin wild dan  berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’  dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul  tante Ani.


“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.

“Jangan  gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh  yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.


Selang  beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas  lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung  emas pemberian ibu yang aku kenakan.


“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.

“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.


Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.


“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.

Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.

“Loh,  kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan  nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih  dianggap menempel dong.” jawabnya membela.


Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.


“Straight  … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!”  seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan.  Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah  pembalasanku, kataku dalam hati.


“Bernas Three kind … tante … one  pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan  tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya.  Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan  kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat  jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang,  dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.


“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.


“Yes  Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani  girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku  terlanjang dada.

“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.

Setelah  menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak  dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah  terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang  masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.

“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.

Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.


“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.

Tanpa  disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani  hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia  mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak  tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat  berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Responsive Full Width Ad

Copyright © 2016 Small Soldering Ironz – Dunia Solder Kecil, Ide Besar!, powered by Blogger.
//add jQuery library